Kisah Air Terjun Lodovavo Yang Melegenda

FLORESTODAY.COM, Labuan Bajo - Saat anda berkunjung ke Lamalera tempat penangkapan ikan paus, jangan lupa untuk mampir ke air terjun Lodovavo.

Wisata air terjun Lodovavo terletak di desa Atawai Kecamatan Nagawutun, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT). Air terjun ini, memiliki ketinggian kurang lebih 20 meter. Dalam bahasa Atawai, Lodovavo artinya turun ke bawah. Lodo artinya turun, Vavo artinya ke bawah, jadi Lodovavo artinya turun ke bawah.

Ayo Jalan-jalan ke Komodo! Pesan Sekarang!

Untuk mencapai tempat ini, dibutuhkan waktu sekitar 3 jam perjalanan menggunakan kendaraan roda empat. Keberangkatan dari Kota Lewoleba menuju Atawai, bisa melewati desa-desa lainnya seperti Belame, Lamalewar dan Boto.

Menurut Aldus Atawua salah satu praktisi pariwisata Desa Atawai, sejarah penemuan air terjun ini berawal dari satu legenda yang dipercaya penduduk sekitar. Mau tau? Simak yuk!

Lets Go To Labuan Bajo. BOOK NOW!

Dahulukala, hiduplah seorang ibu dan anak yang terkenal sebagai pemburu ubi-ubian di hutan. Suatu hari, saat mereka pulang dari mencari ubi pada sore hari, mereka singgah di dekat air terjun untuk mencuci ubi hasil pencarian mereka. Saat sedang mencuci ubi, anak ini melihat seekor belut (Sidat) yang ukurannya sangat besar, sedang menuju ke arahnya. Karena takut, anak ini kemudian berkata:

Ema apa nar roro rara na, e jae nau? (mama apa yang sedang merayap dari atas menuju ke tempat kita). Sang ibu tidak menggubris apa yang disampaikan anaknya karena dia sedang asyik membilas ubi hasil pencarian mereka.

Explore the Beauty of Flores with White Pearl Phinisi

Hingga ke 3 kali anak itu berkata hal yang sama, namun sang Ibu hanya menjawab tanpa melihat. Dan akhirnya sang ibu pun menjawab:

Ha duangen nakri re untuk bapam re anakej dakri re titesa (yang besar ini untuk bapak dan yang kecil ini untuk kita) belum selesai berbicara terdengar teriakan dari anak itu yang sudah dilahap oleh Belut (Sidat) raksasa dan membawanya masuk ke dalam kolam di air terjun Lodovavo tersebut. Sektika itu juga suasana begitu ribut dengan suara burung. Sekitar 1 jam, Ibu itu sadar dan berlari Ke kampung. Ibu tidak bisa bicara lagi lalu dia dibawa berobat ke Kepala Kampung. Setelah beberapa menit, Ibu sadar dan menceritakan kejadian tersebut. Masyarakat akhirnya bersepakat untuk membunuh belut tersebut. Mereka lalu membuat perangkap dan menangkap belut itu lalu dipotong untuk mengambil anak dari dalam perut belut tersebut.

Anehmya, setelah mereka memotong perut belut raksasa tersebut, anak itu tidak ditemukan. Lalu mereka sepakat untuk membagi daging belut itu kepada seluruh masyarakat Kampung dan sepakat untuk tidak mengkonsumsi kepala belut tersebut, selang 3 hari kepala belut itu mulai membusuk.

Ke Labuan Bajo Dengan RRI BAHARI Speed Boat. Ayo Pesan Sekarang!

Disinilah awal dari musibah yang menimpa Lewo Kemie (Kampung Kemie). Musibah yang terjadi adalah setiap makanan yang mereka makan, entah panas atau dingin di dalamnya selalu ada ulat yang hidup, lalu akhirnya merekapun kelaparan dan pergi meninggalkan Kampung Kemie. Kepala belut yang dibuang itu akhirnya tumbuh menjadi bambu, dan masih ada hingga kini.

Menurut Aldus Atawua, di atas air terjun Lodovavo terdapat beberapa mata air yang diberi nama, Wai Lator, Wai Fetem, Wai Kro, Wai Mudajen Kideng Mirek, Wai Meran Dan Wai Mitemen.

Mata air yang diberi nama Wai Meran mengalir dan bertemu dengan mata air Wai Mitemen, dan berubah warna menjadi kelabu. Semua mata air ini mengalir dan bertemu di air terjun Lodovavo. Lokasi air terjun hanya berjarak kira-kira 500 meter dari pemukiman penduduk Desa Atawai.

Jelajahi Indahnya Labuan Bajo Dengan Kapal Phinisi. Klik di Sini!

Begitu sampai di air terjun Lodovavo, lelah perjalanan kamu akan langsung terbayar dengan pemandangan indah yang ada di depan mata, sehingga membuat hati jadi damai. Pengunjung langsung dapat menyaksikan derasnya air yang berjatuhan dari ketinggian 60 meter. Di tempat ini kamu juga bisa berendam di kolam untuk menyegarkan tubuh dan rasakan segarnya air yang jatuh dari ketinggian tersebut.

Aldus Atawua mengharapkan bahwa Kabuapeten Lembata sekarang semakin maju dari sektor pariwisata. Lembata terlalu kaya dengan obyek-obyek wisata, salah satunya adalah air terjun, karenanya, Aldus berharap, kerja sama semua elemen untuk bisa membangun aset ini. Dia berpesan, jika air di tempat ini dikelola secara baik, maka bisa jadi Pembangkit Listrik Tenaga Air (PLTA).

Kontributor Lembata: Stefend Lelangwayan
Editor: Sabrina Hutajulu

Share this article

About Us

Since 2015 with the motto "Explore The Beauty Of Flores" www.florestoday.com stands and participates as a means of disseminating information, building unity, caring for democracy to carry out development in everything to improve life direction for all .. Read More

Member of Media Online Indonesia

Contact Info

Address: Jl. Gabriel Gampur No 8, Labuan Bajo,
Kec. Komodo, Labuan Bajo,
Manggarai Barat, NTT – Indonesia.

Mobile/Whatsapp: +628113820366
News: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.
Advertorial: This email address is being protected from spambots. You need JavaScript enabled to view it.

Social Media

 

Top
We use cookies to improve our website. By continuing to use this website, you are giving consent to cookies being used. More details…