Doni Parera ialah sosok dibalik aksi sosial yang banyak dilakukan oleh LSM ILMU. Sejak duduk di bangku kuliah, Doni sudah jatuh cinta dengan kegiatan aksi sosial membantu sesama. Kepada florestoday.com, Doni kemudian berbagi kisah awal mula perjalananya di dunia aksi kemanusiaan.
"Passion saya sudah di LSM, jadi sejak dulu jaman kuliah sudah terjun ke organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan." ujar Doni saat diwawancara florestoday.com via telepon, Rabu (4/3/2020)
Doni Parera bersama LSM ILMU memberi bantuan kepada masyarakat tidak mampu berupa sembako
Kecintaanya itulah yang mengantarkan Doni terbang ke Aceh untuk melakukan misi kemanusiaan yang pertama. Tahun 2004, Aceh dilanda bencana tsunami yang menewaskan ratusan ribu jiwa. Doni kemudian mengabdikan diri untuk membantu Aceh hingga 4 tahun lamanya.
"Kami di sana 4 tahun. Mulai dari evakuasi korban hingga pemulihan" kata Doni.
Selesai dari Aceh, Doni tak berhenti. Dirinya kembali ke tanah Flores dan kembali bergabung dengan LSM setempat. Kali ini Doni bergabung dengan LSM untuk Taman Nasional Komodo, kemudian dirinya tersadar akan potensi luar biasa di pulau ini.
"Ketika saya kembali ke Flores, saya melihat banyak hal yang belum benar-benar bisa dijangkau oleh pemerintah, seperti keterbatasan. Saya berpikir kalo kita harus turun langsung, terutama soal SDM kita di Flores ini."
Hal tersebut akhinya membuat Doni dan tiga rekannya membentuk LSM ILMU pada bulan Mei tahun 2010, Misi pertamanya ialah memberikan pendidikan bahasa inggris untuk warga di kepulauan Komodo guna mendukung pariwisata di pulau tersebut.
"Tempat ini begitu indah, dengan komodo yang hanya satu-satunya di dunia ini akan membuat orang datang kemari, SDM kita belum siap. Maka saya dirikan LSM ILMU, dan kita pertama mengajar di kepulauan Komodo" paparnya.
Doni dan tiga rekannya memberikan pelatihan bahasa inggris untuk para penjual souvenir di Loh Liang, dan berhasil. Doni mengungkapkan jika patung komodo yang dijual para pedagang di Loh Liang merupakan hasil dari program LSM ILMU.
"Patung komodo yang dijual ke wisatawan di Loh Liang adalah hasil dari program sebelumnya bersama stakeholder untuk mata pencaharian alternatif pada masyarakat di pulau komodo, karena mereka adalah mayoritas nelayan. Dengan berprofesi sebagai nelayan, maka akan beberikan tekanan kuat ke laut, sementara dalam kawasan Taman Nasional Komodo, ekosistem darat dan laut merupakan satu kesatuan, jadi jika salah satunya dirusak, akan mempengaruhi keseluruhan. Maka kita buat nelayan ini untuk beralih profesi supaya tidak jadi nelayan lagi tetapi tetap hidup. Maka itu mereka menjadi pembuat souvenir, dan kita sentuh dengan bahasa inggris dasar" jelas Doni.
Terakhir, Doni menjelaskan tentang betapa kayanya sumber daya alam di Flores khusunya Manggarai, kemudian mulai terjadi kemerosotan lingkungan hidup, seperti penebangan mangrove untuk pembangunan hotel.
"Kita harus bergerak, kita mendorong banyak orang untuk menjaga sumber daya alam kita. Jangan sampai lima belas tahun mendatang kita konflik karena saling rebut sumber daya alam. Kami mendorong perhatian-perhatian kecil seperti itu." tandas Doni.
Hingga kini LSM ILMU terus memberikan bantuan nyata kepada masyarakat, seperti mengurus dokumen kependudukan warga kurang mampu, memberi sembako jelang perayaan hari besar keagamaan, membantu renovasi tempat ibadah hingga bedah rumah. (Sab)