Komodo merupakan spesies terbesar dari familia Varanidae, sekaligus kadal terbesar di dunia, dengan rata-rata panjang 2-3 meter dan beratnya bisa mencapai 100 kg. Komodo merupakan pemangsa puncak di habitatnya karena sejauh ini tidak diketahui adanya hewan karnivora besar lain selain biawak ini di sebarang geografisnya.
Tubuhnya yang besar dan reputasinya yang mengerikan membuat mereka menjadi salah satu hewan paling terkenal di dunia. Sekarang, habitat komodo yang sesungguhnya telah menyusut akibat aktivitas manusia, sehingga lembaga IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak komodo telah ditetapkan sebagai hewan yang dilindungi oleh pemerintah Indonesia dan habitanya dijadikan taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, yang tujuannya didirikan untuk melindungi mereka.
Tapi, mengapa reptil satu ini hanya ditemukan di Nusa Tenggara?
Menurut sebuah studi yang terbit di Prosiding Royal Society B, yang dikutip dari goodnewsfromindonesia.com, komodo bukannya tak bisa menjelajah daerah lain atau menguasai dunia, tapi mereka memang tidak ingin melakukannya. Komodo sebetulnya tipe hewan yang tak mau ambil risiko. Sekelompok ahli yang mengamati komodo di empat pulau selama satu dekade mengungkap bahwa komodo tidak pernah meninggalkan tanah kelahirannya sepanjang hidup.
Baca juga: Apa yang Harus Dilakukan Jika Dikejar Komodo?
Dikutip dari IFLscience, komodo sudah merasa lebih aman dan nyaman berada di zona dekat rumah, mereka tak menginginkan apapun lagi. Selain itu, di habitat aslinya di Nusa Tenggara Timur, mereka bisa mengetahui secara persis di mana menemukan mangsa.
Selain menolak ambil pusing soal hidup berpindah-pindah, peneliti juga menemukan, karnivora dengan kaki kuat dan kemampuan bergerak cepat hingga 20 Km per jam atau sekitar 13 mph ini lebih memilih menciptakan stabilitas dengan tak banyak bergerak jauh.
Explore the Beauty of Flores with RRI BAHARI
Namun, hal yang membingungkan bagi para ahli adalah jika hewan berada di suatu daerah selama beberapa generasi, mereka berisiko melakukan perkawinan sedarah, menghadapi kelangkaan sumber daya, dan bahaya lain yang mungkin bisa dihindari jika mereka bergerak ke tempat lain.
Menurut peneliti, berdiam diri dan enggan pergi juga tidak menguntungkan bagi komodo. Data mikrosatelit yang memantau DNA komodo menunjukkan tanda-tanda perkawinan sedarah. Boleh jadi, itu karena komodo setempat menolak kawin dengan pendatang baru
Kemudian, mereka justru lebih berisiko kekurangan pangan karena persaingan antar kelompok. Belum lagi faktor bencana alam dan aktivitas manusia semisal perburuan juga mengancam populasi.
(sumber: goodnewsfromindonesia.com)